Sejak di Sekolah Dasar aku sudah ditentukan untuk melanjutkan
belajar di pondok pesantren, aku menolak.. aku ingin di SMP saja bersama teman
teman sepermainan ku, ingin rasanya aku pergi jauh dari rumah memuaskan ego ku
tidak mau mendengarkan nasihat kedua orang tua. ujian akhir sekolah selesai,
teman-teman sibuk mendaftar ke SMP favorit dan mulai mengikuti ujian masuk di
tempat yang ditentukan. Aku hanya di rumah menunggu tiba saatnya waktu
keberangkatan. Aku menangis, aku merasa ketidak adilan dalam memilih. aku sudah
memenuhi kewajibanku dengan belajar rajin dan menjadikan ku bintang kelas. Tapi
mengapa keinginanku sekolah di luar digubriskan saja?.
Enam tahun lama nya aku menimba ilmu di tempat suci ini..
YaaALLAH... betapa bersyukurnya aku telah disekolahkan di tempat ini, baru
kusadari .. orang tua tidak akan menyesatkan anak- anak nya, pilihan mereka
memang terbaik untuk kita. Tidak hanya ilmu umum yang kudapat ilmu Agama pun
menjadi hidangan setiap hari juga bahasa asing telah ku terapkan dengan baik di
tempat ini. Tapi jujur, aku tidak bisa berbahasa Arab. Aku sangat awam dengan
bahasa itu.apalagi dengan pelajaran Qawaidnya seperti Nahwu, Shorof dan kawan
kawan nya. Hanya kosa kata mudah yang dapat kucerna seperti Ana Anti Afwan
Syukran dll. Aku malu, enam tahun di sini lamanya tidak bisa menguasai bahasa
Alqur’an ini. Aku tidak bisa. Sudah tidak bisa tidak mau berusaha mempelajarinya
pula, memang dasar aku ini tidak tahu diri !!! aku selalu bergumam, “ah nanti setelah
lulus Bahasa Arab tidak akan terpakai ini”.
Lulus kelas Nihai aku dipilih untuk mengabdi. Tidak tanggung
tanggung aku di tunjuk mengabdi di pulau sebrang yaitu pulau Sumatra. Sumatra Utara,
Medan. Iya tempatnya orang batak yang terkenal dengan adatnya yang keras. Dengan
mengucap Bismillah kuterima pengabdian di tempat itu. Awalnya semua baik-baik
saja aku mengajar pelajaran Bahasa Inggris yang aku fikir aku sangat menguasai bahasa itu. Dengan senang hati aku
mentransfer ilmu yang aku miliki kepada anak didik ku. Beberapa bulan kemudian
aku dialihkan mengajar Bahasa Arab. Iya, BAHASA ARAB!!! Yaa Rabb..... aku
bingung aku kaget aku takut aku sama sekali tidak menguasai pelajaran trsebut,
bagaimana ini?. Aku tidak bisa mengelak aku mengabdi membawa nama baik pondok
pesantrenku. Di kelas aku berlagak selayaknya guru hebat yang tidak hanya
menguasai bahasa Inggris tapi bahasa Arab pun bisa. Padahal nyatanya setiap malam
sebelum hari aku mengajar aku berkutat dengan berbagai kamus bahasa Arab ada
yang tebal melebihi tebalnya kamus Jhon.M. Echoll ada juga yang lebih kecil
dari itu, aku pun sibuk membuka mebolak balik kitab kitab berbau menunjang
pintar berbahasa Arab seperti Shorof, Nahwu dan buku kosa kata lainnya. Aku juga
sibuk menelpon sms guru dan teman teman yang ahli bahasa Arab. Aku sibuk
bertanya mencatat dan menghafal.
Satu tahun penuh aku lalukan hal seperti itu, iya setiap malam. Aku
menangis aku merasa bodoh sekali setiap malam tidak bisa tidur dengan nyenyak memikirkan
cara menjelaskan dengan berbahasa Arab yang baik untuk esok mengajar. Aku menyesali
semua ini kenapa aku meng-Anak Tiri-kan Bahasa Arab aku terlalu menjunjung
tinggi bahasa Inggris padahal bahasa Arab bahasa Alqur’an bahasa yang
seharusnya lulusan pondok seperti aku menguasainya. Dengannya aku akan cepat
paham mencerna kitab kitab Agama Tafsir Hadis dll. Tapi untuk apa menyesali hal
yang tidak mungkin terulang kembali waktu di mana aku mulai mempelajari bahasa
Asing. Aku bertekad aku bisa mengimbangi dua bahasa tersebut.
Selesai sudah masa jabatan pengabdianku, aku mendapat banyak sekali
pengalaman yang sangat berharga di mana aku bisa beradaptasi dengan baik bersama
masyarakat sekitar, aku bisa berpetualang jauh disetiap daerah Sumatra, aku
bisa merasakan adat mereka. Tidak bisa ku uraikan satu satu banyak sekali. TerimaKasih
Padang Sidimpuan Terimakasih Medan Terimakasih Sumatra ini merupakan awal mula
pengalaman luar biasa ku di dunia luar.
Aku melanjutkan studi kuliah ku di Serang Banten, dan kamu tahu? Aku
mengambil jurusan Sastra Arab ^o^ aku bangga sekali bisa mendalami jurusan ini,
aku akan bertemu keaneka ragaman bentuk bahasa Arab aku akan bertemu berbagai
macam keindahan bahasa Arab yang sesungguhnya. Temanku mengira aku mahir dalam
bidang ini, tidak banyak yang tahu sebenarnya aku dulu tidak bisa sama sekali
bahasa Arab. Sekiranya mereka harus tahu bagaimana aku sesungguhnya berjuang
keras melawan ke-Pesimisan ku untuk bisa menguasai bahasa ini. Mereka harus
tahu itu. Aku menderita untuk sampai ke level ini. Setidaknya dengan bahasa
Arab sekarang aku bisa sedikit menguasai Al-Qur’an juga memahami mata kuliah
yang aku emban. Kalau diukur Aku masih tergolong sangat kecil mungkin setitik
tinta atau lebih kecil dari itu yang bisa dibilang orang yang mahir berbahasa
Arab, Masih jauh sekali bukan??? Tidak apa, aku akan tetap terus berusaha
menjunjung tinggi dua bahasa Asing yang aku cintai ini. Eh tiga deh Bahasa
Indonesia juga aku cintai. Dengan sebaik baik nya aku mengabdi pada kebaikan. Tidak
bosan untuk selalu mencurahkan ilmu yang aku dapat semaksimal mungkin kepada
teman-teman, adik adik juga murid murid ku. Tetap semangat. (‘-‘)9
Ini kisah
ku, semoga menginspirasi teman teman semua ^_^
No comments:
Post a Comment