Umur 24 rasa 25 atau sebaliknya umur 25 rasa 24? Ga ngerti
ya. Yaudah iyain aja. Panjang kalo diceritain mah.
Tahun semakin maju semakin banyak kolaborasi perkembangan
dunia . 2018 waktu yang cukup lama merasakan kehidupan dengan segala Rahmat-Nya
terus memberikan kesempatan agar tidak pernah lelah untuk bersyukur. Apalah hamba dan kalian semua ini hanya seperti dandaleon
yang ditiup sedikit saja sudah bisa hancur melebur.
Sudah berapa kali isu bumi memporak porandakan pemikiran
manusia. Ga usah deh kita bahas bahasa bumi terlalu luas. Lihat negara kita
Indonesia, yang katanya Bhineka Tunggal Ika dan seharusnya seperti itu.
1945 meraih kemerdekaan dengan perjuangan para pahlawan, Soekarno
memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia dengan didampingi Moch hatta berbekal secarik kertas berisi tulisan tangan naskah
proklamasi percaya diri dan tegas mengumandangkan seperti halnya dalam sejarah
Islam Bilal Bin Rabbah dengan lantang mengumandangkan Azan setelah selesainya
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam beserta sahabat membangun Masjid Nabawi.
Bagaimana dengan Generasi Zaman Now yang katanya udah
kebanyakan Micin? Katanya loh... kalo bukan, syukur Alhamdulillah.
Bukan lagi fisik yang dipertaruhkan ini lebih dari segala
hal, yaitu pemikiran. Betapa banyak orang-orang dihasut dengan berbagai macam
informasi yang belum tentu jelas
keabsahannya. Saling menghasut dalam perbedaan kelompok, suku, ras, budaya bahkan agama dan merasa bahwa kita yang benar,ya
yang paling benar.
Tidak sedikit saling memacu perdebatan tapi tidak banyak
yang mengaplikasikan kesimpulan. Jangan menerka.
Jangan merasa tahu. Apapun yang dipikirkan, resapi dulu. Apakah benar? Ataukah salah?
Jika benar, baikkah untuk diumbar? Jika salah, lebih baik intropeksi diri.Bila engkau
menemukan cela pada seseorang, dan hendak ingin mencelanya. Bercerminlah,
tanyakan pada dirimu sendiri.
Salam, gadis Humaniora.
pemuda perdamaian.
No comments:
Post a Comment