.

Pages

Sunday, August 12, 2018

Interfaith Youth Forum (IYF) 2014, Palangka Raya Kalimantan Tengah


(Mohon maaf very late post, semoga bermanfaat senang untuk berbagi ^_^ )



Interfaith Youth Forum (IYF) 2014 pada saat itu diadakan di kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. IYF merupakan sebuah forum dengan berbagai kegiatan di antaranya seminar, dialog, service project, kunjungan rumah ibadah dan kunjungan rumah adat. Kegiatan IYF 2014 dilaksanakan oleh Youth Interfaith Community yang bekerjasama dengan Indonesian Youth Dialogue Chapter Palangka Raya.
IYF ini merupakan annual agenda oleh Youth Interfaith Community. Pertama kalinya diadakan tahun 2012 di Palembang, 2013 di Bali, kemudian Alhmdulillah saya terpilih dan berkesempatan mengikuti IYF 2014 di Palangka Raya pada tanggal 19-22 November 2014.

Sebelum saya membahas kegiatan apa saja yang saya ikuti dalam IYF kali ini, saya perkenalkan terlebih dahulu profil penyelenggara kegiatan Youth Interfaith Community yakni sebuah komunitas fokus pada bidang perdamaian dengan mengajak pemuda lintas agama untuk bekerja bersama-sama menciptakan perdamaian di Indonesia tanpa membedakan suku, agama dan ras. Youth Intefaith Community dibentuk oleh alumni program pertukaran mahasiswa SUSI (Study of United States Institutes) for Student Leaders on Religious Pluralism and Democracy in America Program pada tahun 2012, Philadelphia, Amerika Serikat.

Tema IYF 2014, Palangka Raya Kalimantan Tengah
“HUMA BETANG; Merajut Ikatan Kebersamaan dalam Keberagaman”.

Huma Betang adalah kearifan lokal kota Palangka Raya yakni Rumah Panjang Tradisional yang dihuni oleh orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda termasuk agama. konon mereka hidup dalam kerukunan dan kedamaian meskipun berbeda agama.


Rabu, 19 Nov 2014
Hari pertama kami berkumpul dan memulai perkenalan masing-masing pada umumnya memperkenalkan nama, panggilan, asal daerah, dan Universitas. IYF 2014 berjumlah 26 orang perwakilan dari berbagai macam daerah di antaranya Jakarta, Bogor, Banten, Yogyakarta, Surabaya, Salatiga, Semarang, Salatiga, Makasar, Pontianak dan Palangka Raya. Setelah itu welcoming dinner dan Istirahat. Saya satu kamar dengan Kharisma Wisnu Sesanty, Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur.

Kamis, 20 Nov 2014
Pagi harinya pembukaan Interfaith Youth Forum 2014 dan Seminar International bertajuk “Unity In Diversity” di Aula IAIN Palangka Raya pembicara Dr. Marko Mahin (Dosen dan Antropolog), Shintya Rahmi Utami (Direktur Eksekutif Global Peace Foundation Indonesia), dan Philip Klotz and Carlo Schmid (Fellows at the UNESCO). Panitia acara IYF 2014 diketuai oleh Ahmad Rafuan.
Dalam seminar Shintya Rahmi sempat menyinggung perihal youth empowerment melalui sosial media. Mengajak untuk menggunakan media sosial dengan hal-hal positif yakni social media could promote peace as long as it was not used to provoke people to carry out intolerant activities. Philip Klotz menjelaskan tentang nilai-nilai toleransi beragama. Perdamaian dan konflik sesungguhnya diciptakan oleh masyarakat itu sendiri, jadi semua kembali kepada masyarakat untuk menjadikannya keadaan konflik atau penuh kedamaian dengan mempertimbangkan perspektif hak asasi manusia. Menurut Philip dalam forum ini IYF 2014 merupakan forum pemuda that was the answer to recent doubts about Indonesai capability to provide every citizen with the right to freedom of religion.
Kemudian dilanjutkan dengan kuliah umum dibagi dalam beberapa jam tentang “Pluralisme dalam Perspektif Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu dalam upaya membangun cita-cita perdamaian bangsa” dengan pembicara agama Ahzar Slamet (Islam), Floriano Suninono (Katolik Roma), Untung (Kristen Protestan), Oka Swastika (Hinduisme), dan Julito (Buddhisme).
Beberapa catatan yang saya dapat dari kuliah tersebut yakni Bangsa Indonesia  merupakan negara yang menempatkan kehidupan keagamaan, keyakinan, dan spiritual pada posisi yang sangat penting. Realitas sosiologis, kultural dan politik di Indonesia yang kental warna religiusitasnya dan dunia spiritual religius hidup subur di negeri ini. Agama dan kepercayaan yang hidup dan dianut oleh penduduk Indonesia sangatlah beragam. Bahkan yang paling beragam dibandingkan negara lain di dunia. Di negara ini, hidup dan berkembang dengan subur beragam agama dan kepercayaan mulai Hindu, Buddha, Islam, Kristen (Kristen Protestan), Katolik (Kristen Katolik), Khonghucu, Zoroastrian (Baha’i), Sikh, Taoisme, Shinto, dan ada juga sistem kepercayaan lokal seperti Kajang, Tolotang, Bissu (Sulawesi Selatan), Sunda Wiwitan (Jawa Barat), dan Kaharingan (Kalimantan), serta aliran kepercayaan (Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta).
Dengan perkembangan multikulturalisme tersebut dihimbau masyarakat agar dapat menghormati sesama, menyesuaikan diri dan memperjuangkan keragaman di Indonesia agar tercipta kedamaian dalam bermasyarakat. Mengutip dari sebuah tokoh Hans Kung, bahwa “tidak ada kelangsungan hidup tanpa etika dunia, tidak ada kedamaian dunia tanpa kedamaian antar agama, dan tidak ada kedamaian agama tanpa dialog antar agama”.
Setelah break dan makan malam dilanjutkan kegiatan pengenalan Fishbowl Dialogue yakni sebuah teknik dialog yang disusun dua lingkaran untuk memulai sebuah dialog satu lingkaran berdialog dan yang diluar lingkaran mendengarkan, diaolog bermacam bertema khususnya yang sedang diperbincangkan di Indonesia tentang konflik Multikulturalism, kemudian diakhiri dengan langkah-langkah membuat action plan.
Jumat, 21 Nov 2014
Hari ketiga masih sesi kuliah tentang “How to be a leader” oleh Rebbeca Mays, Direktur Eksekutif Dialogue Institute via Skype. Dan dilanjutkan dengan Fishbowl Dialogue dengan tema pembahasan penghapusan kolom agama di KTP. Sore hari kami diberi waktu untuk mempersiapkan penampilan drama yang sudah dibagi menjadi beberapa kelompok dan membuat hasta karya dengan bahan yang disediakan oleh panitia.
Malam harinya penampilan drama, kami sangat senang dan menikmati acara tersebut. Kami berkreatifitas tanpa batas, dibubuhi tawa canda di dalamnya dan pesan drama pun tersampaikan.
Kegiatan diakhiri dengan sesi Heart to Heart kami dibagi masing-masing berdua orang untuk saling mencurahkan isi hati, saling percaya dan mengambil hikmah dari setiap kisah yang dilontarkan. Sesi ini lebih ke renungan diri sendiri apakah sudah menjadi pribadi yang baik dalam kehidupan. Sedih pokoknya pas sesi ini. *emang dasarnya cengeng sayamah :D

Sabtu, 22 Nov 2014
Olahraga bersama dan permainan Unity Ball setelah itu dilanjutkan dengan tur Rumah Ibadah, Tempat wisata dan Service Project ke Panti Asuhan.

Kami mengunjungi GKE Immanuel, Masjid Nurul Iman, Balai Basara, Pura Pitamaha, Katedral Santa Maria, Vihara Avalokitesvara dan Bukit Karmel (Rumah Ibadah). Penangkaran Orang Utan Nyaru Menteng, Monumen Soekarno, dan Jembatan Kahayan (Objek wisata).
Malamnya kami mempresentasikan action plan, sebagaiamana hal apa yang akan kita lakukan setelah kegian IYF 2014 agar bisa mengaplikasikan di regional masing-masing. Kemudian pembagian sertifikat dan pengumuman peserta terbaik yakni, Indra Dwi Prasetyo, Univ. Tanjungpura, dan Sisi Gracia Esterina Juli, STAKN Palangka Raya.
Demikian kegiatan kami IYF 2014 Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Note:
Bhineka Tunggal Ika adalah representasi dari bangsa ini. Berbeda-beda tetapi tetap satu dalam kebersamaan. Maka, Multikulturalisme adalah suatu keniscayaan, apalagi dalam konteks Indonesia. Keragaman ras, suku, bahasa dan agama merupakan ciri khas serta kelebihan dari bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain. Namun demikian, perbedaan yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan konflik dan perselisihan. Oleh karena itu, harus ada formula untuk mendamaikan dan menyatukannya.
Dalam masyarakat modern, multikulturalisme lebih kompleks lagi. Sebab budaya baru terus bermunculan akibat akses komunikasi dan informasi yang tak terbendung. Saat terjadi pertemuan antara globalisasi negara-bangsa (nation-state) dan kelompok identitas maka kemunculan dari kelompok-kelompok identitas ini semakin menguat. Globalisasi akan mendorong penguatan kesadaran politik dalam kelompok-kelompok ini dan membuka kesadaran yang mendorong pentingnya identitas. Globalisasi memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok identitas untuk menemukan akar identitasnya.
Pemahaman agama, sebagai salah satu pilar penting dalam membentuk masyarakat adil dan sejahtera menjadi penting untuk diperhatikan. Artinya, kerigidan, penuhanan atas pemahaman sendiri dan menganggap yang lain sebagai golongan sesat harus diberantas. Sebab pada hakikatnya tidak ada kebenaran apa pun yang menginjak dan meniadakan kebenaran lain.
Melalui program Interfaith Youth Forum para pemuda yang berbeda agama diajak dan agar mengajak masyarakat sekitar untuk memahami perbedaan melalui dialog dan kemudian mencintai serta menghargai serta merawat keberagaman tersebut.




all photos credit by Lis Pratiwi


1 comment:

michelle said...

Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
mampir di website ternama I O N Q Q.ME
paling diminati di Indonesia, ::))
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
~bandar poker
~bandar-Q
~domino99
~poker
~bandar66
~sakong
~aduQ
~capsa susun
~perang baccarat (new game)
segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile :d
Whatshapp : +85515373217 :* (f)