.

Pages

Wednesday, July 31, 2013

Istifham Balaghoh


PENDAHULUAN
Latar belakang
Balaghoh merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar di antara macam-macam uslub (ungkapan). Di dalamnya terdapat pembahasan tentang kalam Insya’, kalam Insya’ ada dua macam, yaitu thalabi dan ghair thalabi.
Istifham (kata tanya) merupakan kalam thalabi, sebagaimana kita ketahui kata tanya digunakan untuk bertanya sesuatu dan dibutuhkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Akan tetapi terkadang Adat istifham (kata tanya) dalam sebuah syair mempunyai makna lain berdasarkan beberapa karinah.Maka dari itu,  kami akan menjelaskan makna Istifham yang untuk bertanya dan bukan.
PEMBAHASAN

الإستفهام : طلب العلم بشيء لم يكن معلوما من قبل, وله أدوات كثيرة, منها الهمزة وهل .
يُطلب بالهمزة أحد أمرين :
أ) التصوير : وهو إدراك المفرد, وفي هذه الحال تأتي الهمزة متلوة بالمسؤول عنه و يذكر له في الغالب معادل بعد (أم).
ب) التصديق : وهو إدراك النسبة, وفي هذه الحال يمتنع ذكر المعادل.
يطلب ب(هل) التصديق ليس غير, و يمتنع معها ذكر المعادل.
الأمثلة :
أ) أراكبا جئت أم ماشيا ؟ 
ب) أتتحرك الأرض ؟ 
ج) هل يعقل الحيوان ؟ 
Pembahasan :
Semua contoh kalimat di atas menunjukkan pertanyaan. Adat-nya (kata tanya) pada contohأ  dan ب adalah Hamzah, dan pada contoh bagian ج adalah Hal. Kami akan terangkan perbedaan antara kedua kata tanya ini (hamzah dan hal) dalam segi makna dan penggunaannya.
Perhatikan contoh bagian a, bahwa si pembicara telah mengetahui nisbah[1] yang terdapat dalam kalimat yang diucapkan yaitu bahwa kedatangannya itu telah terjadi dengan pasti dan datangnya itu bisa saja dengan kendaraan atau berjalan. Oleh karena itu, ia tidak menanyakan tentang nisbah, melainkan ia mencari tahu tentang mufrad[2]. Dan jawabannya berupa penentuan mufrad itu, umpamanya dijawab dengan "ماشيا"
Kemudian contoh pada bagian b, berbeda dengan contoh a karena pada contoh b ini pembicara bimbang antara ada dan tidak adanya nisbah. Jadi, ia tidak tahu tentang nisbah dan ia bertanya dan juga ingin mengetahuinya. Si pembicara bimbang antara terjadi atau tidak terjadinya pergerakan bumi itu dan karenanya ia ingin mengetahui nisbah ini. Jawaban pertanyaannya adalah “"نعم bila terjadi dan “لا" bila tidak terjadi. Contoh pada bagian b kita tidak dapat bandingkan bagi sesuatu yang ditanyakan (nisbah).
Dari keterangan di atas dapat kita ketahui bahwa pemakaian kata tanya hamzah itu ada dua makna, yaitu untuk menanyakan tentang mufrad dan untuk menanyakan nisbah. Mengetahui mufrad disebut sebagai tashawwur, sedangkan mengetahui nisbah disebut tashdiq.
Dan contoh bagian c, bila kita perhatikan contoh kalimat tanya memakai hal, kita dapatkan bahwa hal yang dikehendaki adalah pengetahuan tentang nisbah, bukan yang lain. Jadi, kata hal itu tidak lain untuk mencari tashdiq, dan bersamanya tidak dapat disebutkan bandingannya.

للإستفهام أدوات أخرى غير الهمزة و هل, وهي :
مَن, يطلب بها تعيين العقلاء.
ما, يطلب بها شرح الإسم أو حقيقة المسمى .
متى, يطلب بها تعيين الزمان ماضيا كان أو مستقبلا.
أيّان, يطلب بها تعيين الزمان المستقبل خاصة, و تكون فى موضع التهويل.
كيف, يطلب بها تعيين الحال.
أين, يطلب بها تعيين المكان.
أنّى, و تأتي لمعان عدة, فتكون بمعنى "كيف" و بمعنى "مِن" و بمعنى "أَين" وبمعنى "متى".
كم, يطلب بها تعيين العدد.
أيّ, يطلب بها تعيين أحد المتشاركين فى أمر يعمّهما, ويُسأل بها عن الزمان والمكان والحال والعاقل وغير العاقل على حسب ما تضاف إليه.
Seluruh Adatul-istifham tersebut digunakan untuk menanyakan tentang gambaran, dan oleh karena itu jawabannya berupa keterangan tentang sesuatu yang ditanyakan.
Makna makna yang ditunjukkan oleh Istifham berdasarkan beberapa karinah
Kadang-kadang redaksi istifham itu keluar dari makna aslinya kepada makna lain yang dapat diketahui melalui susunan kalimat. Makna yang lain tersebut adalah  نفي (meniadakan),الإنكار  , تقرير (penegasan), توبيخ (celaan), تعظيم  (mengagungkan), تحقير (menghina), الإستبطاء (melemahkan), تعجّب (keheranan), تسوية (menyamakan),   تمنّي (harapan yang mustahil tercapai), تشويق (merangsang).
Contoh :
Al-Buhturi berkata:
هَلِ الدّهرُ إلاّ غمرةٌ وانجِلاؤها # وشيكًا إلاّضِيقةٌ وانفراجُها ؟
“Waktu itu tiada lain hanyalah datang dan perginya kesulitan dan silih bergantinya kesempitan dan kesempatan dengan cepat”.
Kata hal dalam kalimat itu untuk nafyi (bermakna “tidak ada”), bukan untuk minta penjelasan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.
Al-Buhturi berkata:
أأكفُرُك النّعماءَ عندي و قد نمتْ # عليّ نُموَّ الفجرِ والفجرُ ساطعُ
وأنتَ الّذى أغززتني بعد ذلّتي # فلا القول مخفوضٌ ولا الطّرف خاشعٌ ؟
“Apakah mungkin aku mengkufuri nikmat yang kuterima, sedangkan nikmat itu senantiasa berkembang seperti perkembangan fajar, dan fajar itu cahaya?
Engkau adalah Dzat yang memuliakan aku setelah aku hina. Maka tidak ada perkataan itu direndahkan dan tidak ada pula penglihatan itu tunduk”.
Kalimat yang digaris bawahi merupakan maksud ingkar karena Al-Buhturi hendak berkata kepada orang yang dipujinya. “sesungguhnya tidak layak bagiku untuk mengkufuri nikmat darimu yang dengannya kamu memenuhiku dan mengganti kehinaanku dengan kemuliaan dan kerendahan dengan keagungan”.

Ibnur-Rumi berkata dalam salah satu pujiannya:
ألستَ المرءَ يَجْبي كلَّ حمدٍ # إذا مالم يكن للحمد جابَ ؟
“Bukankah kamu adalah seorang yang menampung seluruh pujian ketika tidak ada orang yang pantas menampung pujian itu”.
Istifham pada kalimat tersebut bermakna taqrir (penetapan/penegasan) karena si pembicara bermaksud memotivasi orang yang dipujinya untuk mengakui kelebihan-kelebihan yang didakwakan kepadanya.
Abuth-Thayyib berkata dalam suatu penghinaannya terhadap kafur:
مِن أيّة الطّرقِ يأتي مثلُك الكرم ؟ # أين المحاجمُ يا كافورُوالجلَم ؟
“Dari sudut mana kemuliaan datang kepada orang yang seperti anda? Wahai Kafur,di manakah botol-botol yang untuk membekam itu dan di mana pula sisir itu?”
Abuth-Thayyib pada contoh di atas bermaksud menghina Kafur dengan menyebut kekurangan, menegaskan kehinaan, dan merendahkan kemuliaannya. (Tahqir)
Allah SWT berfirman  :
فهل إلى خروج من سبيل . (المؤمن 11)
Maka adakah suatu jalan(bagi kami) untuk keluar(dari neraka) ? (QS. Al-Mukmin: 11).
Istifham tersebut bermakna tamanni (harapan yang mustahil) kata yang dipakai adalah Hal , karena yang diharapkan pada kalimat tersebut adalah sesuatu yang mungkin terjadi, namun tidak dapat diharapkan tercapainya.
KESIMPULAN
Istifham adalah mencari pengetahuan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Adatul-istifham yaitu hamzah, hal, man, maa, mataa, ayyaana, kaifa, aina, annaa, kam, dan ayyun.
Kadang-kadang redaksi istifham keluar dari makna aslinya kepada makna lain yang dapat diketahui melalui susunan kalimat. Makna lain tersebut ialah berupa nafyi, taqrir,  inkar, taubih, ta’zim, tahqir, istinbath, ta’ajub, taswiyah, tamanni, dan tasywiq.









·        بني


[1]  Nisbah : hubungan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain  sebagai inti sebuah informasi/kalimat
[2] Mufrad : satuan unsur informasi

No comments: